Popular Post

Monday 11 August 2014

Mengeluh Meragukan Rahmat Tuhan?


Sering menemukan status update atau post temen yang galau? Hati-hati guys, karena ini bisa bikin hari lo jadi negatif. Sebenernya fenomena galau ini udah terjadi lumayan lama. Gue juga lupa kapan tepatnya, yang jelas akhir-akhir ini gue mulai sadar dan merhatiin. Ternyata banyak orang sekitar gue yang mengeluh berlebihan, atau mengumpat di media sosial.

Meanwhile orang-orang pada sibuk ngurusin Hello Kitty di sinetron Catatan Hati Seorang Istri (CHSI) yang booming itu, gue lebih tertarik sama OST (original soundtrack) dari sinetron ini. Ebuah lagu berjudul KuasaMu yang dinyanyiin sama Bunga Citra Lestari (BCL) ini sukses merebut perhatian gue. Ini dia liriknya:

Dalam keheningan ku bersimpuh


Ku buka lembaran-lembaran kitab-Mu
Ku temukan damai membaca sabda-Mu
Tuhan ku memohon, Tuhan ku memohon
Pancarkan cahaya di hidupku

Tuhan ku percaya Engkau pasti telah
Merencanakan yang terbaik untuk diriku
Agar ku tak jatuh dan selalu ada di jalan-Mu

Tak perlu ku lihat, tanpa ku mendengar
Dapat ku rasakan, selalu ku rasakan
Betapa besarnya kuasaMu

KepadaMu ku meminta
Ku menyembah ku bersujud

Tuhan aku percaya Kau pasti berikan
Telah Kau sediakan semua bagi hambaMu
Tanpa Kau bedakan

Tuhan jangan biarkan 
Hatiku mengeluh meragukan rahmatMu
Tuhan hanya Engkaulah penuntun langkahku
Tuk selalu tetap di jalanMu
Ada di jalan-Mu

Ada satu kalimat yang bikin gue termenung, yaitu
Tuhan jangan biarkan hatiku mengeluh meragukan rahmat-Mu

Dari kalimat itu gue ngerasa bener-bener malu. Gue langsung tersadar kalo mengeluh itu memang secara tidak langsung berarti meragukan takdir atau peristiwa yang udah Tuhan kasih sama kita. Gue, termasuk orang yang pernah ada dan mengalami, bahkan ikut berkontribusi di jaman dimana kita bangga mengumbar rasa sedih, kecewa, kesusahan, bahkan (mungkin) ke-lebay-an kita dalam menyikapi hidup. Terus terang, gue suka malu kalo flash back ke jaman gue galau-galauan itu.

Gue sering nemu status orang yang semacam, "Kenapa sih hidup gini banget? ", atau "Kenapa hidup gue harus serumit ini!!! ", atau mungkin yang lebih parah biasanya dibumbui umpatan dan sumpah serapah. Padahal kalo gue perhatiin hidup orang itu, mereka pasti makan 3x sehari, mereka pasti punya duit (karena mereka punya paket internet buat curhat di socmed). Lantas apa yang mereka keluhkan?

Gue yang liatnya kadang jadi kebawa bete, entah karena ikut-ikutan meratapi nasib atau bete lihat status begituan. Sometimes gue juga suka jadi pengen nasehatin orang itu sekalian ngajakin ke pengajian, oke ini too much. Tapi emang ngeselin kan kalo buka timeline pagi-pagi malah nemunya galau-galauan? Like I said, galau atau berduka berlebihan di socmed itu membahayakan karena punya efek domino. Bikin orang yang baca jadi ikutan bete dan beraura negatif.

Kalau di 2014 akhir ini orang masih banyak yang mengumpat, galau, atau mengumbar aib di socmed, gue saranin kalian stay away dari mereka. Bisa dimulai dari hide mereka dari timeline lo, atau kalo mereka udah dirasa mengganggu, lo punya hak buat remove mereka dari jejaring sosial. Asal jangan jadi musuhan aja di dunia nyata. We have to choose where we want to stand, and it's not a crime, right?

Saran gue, maksimalin lah socmed kita ini sebagai mana mestinya. Seperti namanya social media, atau dalam bahasa Indonesia diserap jadi media sosial, artinya alat untuk bersosialisasi. Maka gunakanlah buat misal, menyapa kawan lama, guru SD atau kakak kelas SMP yang udah lama ngga lo lihat atau lo dengar kabarnya. Inget, jangan keterusan jadi nyapa mantan atau bekas kecengan yak!

No comments:

Post a Comment